Membuktikan Cinta kita Kepada Allah (Q.S Al Imran, ayat 31)
Berjuang melalui Dakwah Ekonomi adalah bentuk Kecintaan kita kepada Allah
dan Rosulnya, karena berdakwah adalah Jalan Sunnah yang harus dilaksanakan.
Sunnah dalam definisi yang lebih universal dan lengkap dapat diartikan
dengan keseluruhan pola, tata cara, dan gaya hidup Rasulullah SAW. Setiap
Muslim harus mengikuti seluruh gaya hidup Rasul mereka, sebagai bukti
kecintaan mereka kepada Allah. Seperti firman Allah SWT, "Katakanlah, jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikuti aku. Niscaya, kamu akan dicintai
Allah dan diampuni dosa-dosamu." (QS Ali Imran [3]: 31).
Menjalankan sunah diartikan sebagai bukti kecintaan kepada Allah. Lantas,
bagaimanakah posisi orang yang meremehkan sunah lalu enggan melakukannya?
Bukankah artinya mereka itu tidak cinta kepada Allah? Lalu, masihkah bisa
digolongkan kepada orang-orang beriman, mereka yang tidak cinta kepada
Allah?
Taat kepada Rasul dengan menjalankan seluruh sunahnya adalah bukti ketaatan
kepada Allah. Artinya, bukti kepatuhan seorang Muslim kepada Allah adalah
dengan patuh menjalankan sunah-sunah Rasul-Nya. Allah SWT berfirman, "Siapa
yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah," (QS
an-Nisa'[4]:80).
Mereka yang setia memelihara sunah-sunah Rasul itulah yang sebenar-benarnya
orang beriman. Merekalah itulah golongan Rasulullah yang bersama-sama akan
memasuki surga. Sebagaimana firman Allah, "Dan siapa yang menaati Allah dan
Rasul-Nya, mereka itulah yang akan bersama-sama dengan orang-orang yang
diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, shiddiqin, para syuhada, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baiknya teman." (QS
an-Nisa'[4]:69).
Tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk mengabaikan sunah nabi.
Meremehkan dan meninggalkan sunah bisa menjadi ancaman tidak mencintai Allah
dan Rasul-Nya. Menyadari sebuah sunah, tapi enggan melakukannya bisa juga
terancam tidak termasuk kepada golongan Rasulullah dan orang saleh. Kendati
didefinisikan tidak berdosa jika ditinggalkan, apa spesialnya ibadah
seseorang jika hanya melakukan yang wajib saja.
Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan, "Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan
diri kepada Ku dengan amalan-amalan sunah, sehingga Aku mencintainya. Jika
Aku sudah mencintainya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya
ia mendengar, Aku akan menjadi penglihatannya yang ia pergunakan untuk
melihat, Aku akan menjadi langkah kakinya yang dengannya ia beraktivitas.
Apabila ia berdoa pasti Ku kabulkan. Apabila ia memohon pertolongan pasti Ku
tolong.” (HR Bukhari).
Begitulah seorang Muslim mendapatkan kecintaan Allah dengan cara
menghidupkan amalan-amalan sunah. Kecintaan Allah tidak akan datang begitu
saja tanpa ada usaha dari hamba-Nya. Jika ingin dicintai Allah, tentu harus
ada upaya dan perjuangan yang ditampakkan. Bagaimana mungkin seseorang bisa
dikatakan cinta Allah dan masuk ke dalam golongan Rasul-Nya jika ia tidak
peduli dengan sunah-sunah Rasul-Nya.
Post a Comment